Johnson Panjaitan Wafat, Indonesia Kehilangan Sosok Pejuang HAM
satuhalaman.com – Kabar duka datang dari dunia hukum dan hak asasi manusia Indonesia. Johnson Panjaitan, pendiri Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), dikabarkan wafat pada Minggu pagi, 27 Oktober 2025. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh hukum yang vokal, teguh, dan berani membela kaum lemah di hadapan kekuasaan.
Johnson menghembuskan napas terakhir di usia 64 tahun di sebuah rumah sakit di Jakarta setelah menjalani perawatan intensif beberapa hari terakhir. Kabar wafatnya langsung menyebar cepat di kalangan aktivis HAM, advokat, dan mantan rekan sejuangnya. Banyak yang menilai kepergian Johnson meninggalkan kekosongan besar dalam perjuangan keadilan dan penegakan hukum di Indonesia.
“Johnson bukan cuma pengacara, tapi pejuang. Dia berani bicara di saat banyak orang memilih diam,” ujar salah satu sahabatnya, Todung Mulya Lubis, ketika dikonfirmasi media.

Perjalanan Hidup dan Karier Seorang Johnson Panjaitan
Nama Johnson Panjaitan bukanlah nama asing di kalangan aktivis dan pengacara publik. Lahir di Tapanuli, Sumatera Utara, pada tahun 1961, ia menempuh pendidikan hukum di Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan sejak muda sudah terlibat dalam kegiatan advokasi sosial dan gerakan mahasiswa.
Awal kariernya sebagai pengacara dimulai di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, tempat di mana ia belajar langsung tentang pentingnya membela rakyat kecil tanpa pamrih. Di sana pula semangat keadilannya tumbuh semakin kuat, terutama ketika melihat banyak ketimpangan hukum yang terjadi di masa Orde Baru.
Tahun 1996, Johnson bersama sejumlah rekannya mendirikan PBHI — sebuah lembaga yang fokus pada advokasi hukum dan pembelaan korban pelanggaran HAM. Di bawah kepemimpinannya, PBHI kerap tampil di garis depan dalam mengawal kasus-kasus besar, termasuk dugaan pelanggaran HAM berat di Aceh, Papua, hingga tragedi Mei 1998.
“Johnson itu orangnya keras kepala dalam hal prinsip, tapi justru itu yang bikin dia dihormati,” kata Usman Hamid, Direktur Amnesty International Indonesia.
Sosok yang Vokal dan Tak Takut Mengkritik Kekuasaan
Salah satu ciri khas Johnson adalah keberaniannya. Ia tak segan mengkritik pemerintah, aparat, maupun institusi hukum yang dianggap menyimpang dari prinsip keadilan. Dalam berbagai kesempatan, ia sering menegaskan bahwa hukum tidak boleh tunduk pada kekuasaan, melainkan harus berdiri di atas kebenaran dan kemanusiaan.
Johnson dikenal sering turun langsung ke lapangan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Ia pernah menjadi bagian dari tim advokasi untuk korban Tragedi Semanggi, penculikan aktivis 1998, serta berbagai kasus penyiksaan dan penghilangan paksa di era transisi demokrasi Indonesia.
Selain itu, ia juga kerap menjadi narasumber di berbagai forum nasional dan internasional tentang HAM, menegaskan pentingnya supremasi hukum dan perlindungan terhadap kebebasan sipil. Banyak kalangan muda aktivis yang mengaku menjadikan Johnson sebagai inspirasi perjuangan.
“Dia bukan hanya bicara soal HAM di ruang seminar. Dia hidup dengan prinsip itu,” ujar salah satu aktivis muda PBHI.
Jejak dan Warisan Perjuangan
Selama hidupnya, Johnson Panjaitan dikenal sebagai pribadi yang sederhana namun sangat berdedikasi. Rumahnya kerap menjadi tempat diskusi para aktivis muda, mahasiswa hukum, dan jurnalis yang ingin memahami seluk-beluk advokasi publik.
Di bawah bimbingannya, banyak pengacara muda belajar arti sesungguhnya dari profesi advokat — bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga menegakkan martabat manusia. Ia percaya bahwa advokat adalah “pekerjaan keadilan,” bukan sekadar urusan formalitas hukum.
Selain PBHI, Johnson juga aktif dalam berbagai jaringan masyarakat sipil, termasuk KontraS, Imparsial, dan YLBHI. Kehadirannya di berbagai organisasi ini memperkuat sinergi antara lembaga hukum dan gerakan sosial.
Warisan terbesar Johnson bukan hanya lembaga yang ia dirikan, tetapi juga nilai-nilai moral dan integritas yang ia tanamkan kepada banyak generasi penerus.
Reaksi Para Aktivis dan Tokoh Nasional
Kabar meninggalnya Johnson Panjaitan segera memicu gelombang duka dan penghormatan di media sosial. Tagar #JohnsonPanjaitan dan #PBHI sempat menjadi trending di X (Twitter) sejak pagi.
Banyak tokoh publik dan aktivis menyampaikan belasungkawa, termasuk dari kalangan pemerintah. Menteri Hukum dan HAM menyebut Johnson sebagai “advokat sejati yang berjuang sampai akhir hayatnya.”
Sementara itu, rekan-rekan di PBHI menggelar doa bersama di kantor pusat Jakarta dan membuka rumah duka untuk publik yang ingin memberikan penghormatan terakhir.
“Kami kehilangan mentor, sahabat, dan panutan. Tapi semangat Johnson tidak akan mati,” tulis PBHI dalam pernyataan resminya.
Pemakaman dan Penghormatan Terakhir
Rencananya, jenazah Johnson Panjaitan akan dimakamkan di Taman Makam Kristen Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin besok. Sebelum pemakaman, akan digelar ibadah penghormatan dan refleksi perjuangan di kantor PBHI.
Acara ini terbuka untuk umum, terutama bagi rekan-rekan aktivis, pengacara publik, dan mahasiswa yang pernah mengenalnya. Beberapa organisasi masyarakat sipil juga dikabarkan akan hadir, termasuk Komnas HAM, Amnesty International Indonesia, dan YLBHI.
Dalam acara itu, akan ditayangkan dokumentasi perjalanan hidup Johnson — mulai dari masa muda di LBH, pendirian PBHI, hingga kiprahnya dalam kasus-kasus besar di Indonesia.
Inspirasi yang Tak Akan Padam
Kepergian Johnson Panjaitan bukanlah akhir dari perjuangannya. Nilai-nilai yang ia tanamkan akan terus hidup di dada para penerusnya.
Semangatnya mengingatkan bahwa perjuangan untuk keadilan tidak bisa diserahkan pada sistem semata, tetapi harus terus diperjuangkan oleh manusia-manusia berani. Ia adalah simbol dari advokat sejati: berani, jujur, dan setia pada kebenaran.
“Johnson mengajarkan kami bahwa hukum bukan alat kekuasaan, tapi alat perubahan,” ujar salah satu staf muda PBHI yang sempat belajar langsung darinya.
Sosok yang Menginspirasi Dunia Hukum Indonesia
Kematian Johnson Panjaitan menjadi kehilangan besar bagi dunia hukum dan HAM Indonesia. Ia bukan sekadar pendiri PBHI, tapi juga penjaga moral yang selalu menegakkan keadilan, bahkan di saat keadilan terasa jauh.
Keberaniannya menentang ketidakadilan dan dedikasinya terhadap korban membuat namanya tercatat abadi dalam sejarah perjuangan hukum di negeri ini.
Semangat Johnson Panjaitan Akan Terus Hidup
Meski telah tiada, semangat Johnson Panjaitan akan terus menginspirasi ribuan orang yang bekerja di jalur sunyi pembelaan HAM. Indonesia berhutang banyak pada sosok seperti dia — yang memilih berjuang bukan demi jabatan, tapi demi martabat manusia.