ASTINDA Wujudkan Semangat Kemanusiaan bagi Korban Erupsi Gunung Lewotobi

ASTINDA Wujudkan Semangat Kemanusiaan bagi Korban Erupsi Gunung Lewotobi

satuhalaman.com – Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDA) kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama. Melalui program kemanusiaan yang digelar pada pekan ini, organisasi yang menaungi para pelaku industri perjalanan wisata itu terjun langsung ke lokasi pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa sektor pariwisata bukan hanya tentang destinasi dan promosi wisata, tapi juga tentang rasa kemanusiaan yang hidup di antara para pelakunya. ASTINDA ingin menunjukkan bahwa pelaku pariwisata memiliki tanggung jawab sosial, terutama di tengah kondisi bencana seperti sekarang.

Erupsi Gunung Lewotobi, yang terjadi beberapa kali sejak awal Oktober 2025, menyebabkan ribuan warga harus mengungsi. Aktivitas vulkanik yang meningkat memaksa pemerintah daerah menutup akses menuju kawasan rawan bencana. Dalam kondisi itu, bantuan logistik dan dukungan moral menjadi kebutuhan mendesak bagi warga terdampak.

Solidaritas ASTINDA untuk Warga Flores Timur

Bantuan yang disalurkan ASTINDA bukan hanya berupa bahan makanan dan perlengkapan darurat, tapi juga dukungan emosional. Tim relawan dari beberapa cabang ASTINDA di NTT dan Bali datang langsung membawa logistik ke posko pengungsian. Mereka berinteraksi dengan warga, mendengarkan cerita mereka, dan memberikan semangat untuk tetap tabah menghadapi situasi sulit ini.

Ketua DPD ASTINDA NTT, Maria Yuliana Koten, mengatakan bahwa aksi sosial ini berangkat dari panggilan hati. “Kami tidak bisa tinggal diam melihat saudara-saudara kami di Flores Timur kesulitan akibat erupsi Lewotobi. Kami ingin hadir, bukan sekadar memberi bantuan, tapi juga berbagi harapan,” ujarnya.

Selain itu, ASTINDA juga berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Flores Timur, Dinas Sosial, dan beberapa lembaga kemanusiaan lokal agar distribusi bantuan berjalan tepat sasaran. Bentuk bantuan yang disalurkan mencakup makanan siap saji, air mineral, perlengkapan bayi, obat-obatan dasar, dan masker untuk mengurangi paparan abu vulkanik.

Aksi solidaritas ini juga diikuti oleh pelaku usaha pariwisata yang tergabung dalam jaringan ASTINDA, seperti agen perjalanan, operator tur, dan pengusaha hotel. Mereka ikut menggalang dana internal dan menyerahkan hasilnya dalam bentuk barang kebutuhan pokok.

Dukungan Moral dan Pemulihan Psikologis Warga

Bencana alam seperti erupsi tidak hanya menimbulkan kerugian material, tapi juga beban mental bagi para korban. Menyadari hal itu, ASTINDA menggandeng relawan psikolog dari Universitas Nusa Cendana untuk memberikan pendampingan psikososial bagi anak-anak dan lansia di pengungsian.

Pendekatan ini dilakukan melalui kegiatan sederhana seperti bermain bersama anak-anak, menggambar, hingga mendongeng untuk mengalihkan perhatian mereka dari trauma. “Kami ingin anak-anak tetap bisa tersenyum meski dalam situasi sulit,” kata salah satu relawan ASTINDA yang ikut mendampingi kegiatan tersebut.

Program ini juga menjadi bentuk nyata dari semangat tourism with heart — bahwa industri pariwisata tidak boleh hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tapi juga berperan dalam membangun empati dan kemanusiaan.

Dalam kegiatan itu, ASTINDA menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Tidak hanya pelaku pariwisata, tapi juga pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat umum. “Kami ingin aksi ini menjadi gerakan bersama, karena kemanusiaan adalah tanggung jawab semua pihak,” tambah Maria.

Upaya Pemerintah Daerah dan Kolaborasi dengan Relawan

Pemerintah Kabupaten Flores Timur menyambut baik inisiatif ASTINDA. Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap langkah cepat asosiasi pariwisata itu. Ia menegaskan bahwa bantuan dari pihak swasta seperti ASTINDA sangat membantu pemerintah daerah yang saat ini tengah fokus pada penanganan darurat bencana.

Menurut laporan BPBD, jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi sudah mencapai lebih dari 7.000 orang. Pemerintah terus berupaya menyiapkan lokasi pengungsian tambahan, mengingat aktivitas vulkanik masih tinggi dan potensi bahaya masih mengancam.

Dalam konteks ini, bantuan logistik yang datang dari sektor swasta seperti ASTINDA menjadi pelengkap dari upaya pemerintah. Kolaborasi lintas sektor dianggap krusial agar kebutuhan dasar pengungsi bisa terpenuhi dengan cepat dan merata.

Tak hanya bantuan fisik, kehadiran ASTINDA juga memberikan dampak moral yang besar. Warga merasa tidak sendirian, bahwa ada banyak pihak di luar sana yang peduli terhadap penderitaan mereka.

Dampak Erupsi Gunung Lewotobi terhadap Aktivitas Ekonomi dan Pariwisata

Selain menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, erupsi Gunung Lewotobi juga memberi dampak besar terhadap perekonomian lokal. Beberapa sektor usaha, terutama yang terkait dengan pariwisata dan perdagangan, mengalami penurunan aktivitas drastis.

Objek wisata di sekitar kawasan Larantuka dan Ile Ape sempat ditutup sementara karena kondisi udara yang tidak stabil. Hal ini membuat banyak pekerja pariwisata kehilangan pendapatan dalam waktu singkat. Namun, melalui aksi seperti yang dilakukan ASTINDA, semangat gotong royong mulai bangkit kembali.

Beberapa anggota ASTINDA bahkan menyatakan komitmennya untuk membantu promosi kembali destinasi wisata NTT setelah kondisi dinyatakan aman. Upaya ini diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi pasca-bencana.

Komitmen ASTINDA di Masa Depan

Aksi kemanusiaan ini bukan kali pertama dilakukan ASTINDA. Dalam beberapa tahun terakhir, asosiasi ini rutin turun tangan membantu korban bencana di berbagai daerah, seperti gempa di Lombok, banjir di Kupang, dan letusan Gunung Semeru.

Ke depan, ASTINDA berencana membentuk unit tanggap darurat pariwisata yang siap bergerak cepat ketika terjadi bencana. Unit ini akan berkoordinasi dengan pemerintah, lembaga kemanusiaan, dan media untuk mempercepat penyaluran bantuan.

Selain itu, ASTINDA juga ingin mendorong anggota-anggotanya agar lebih aktif dalam kegiatan sosial di wilayah masing-masing. “Pariwisata harus bisa menjadi bagian dari solusi sosial, bukan hanya bisnis,” ujar Maria Yuliana menegaskan.

Pariwisata dengan Jiwa Kemanusiaan

ASTINDA Jadi Contoh Bagi Sektor Pariwisata Nasional

Apa yang dilakukan ASTINDA di Flores Timur bisa jadi contoh bagi pelaku pariwisata di seluruh Indonesia. Dalam situasi bencana, solidaritas jauh lebih penting daripada promosi. Aksi nyata ini membuktikan bahwa pariwisata bisa hadir dengan hati dan memberi dampak positif bagi masyarakat.

Kepedulian terhadap korban erupsi Gunung Lewotobi bukan hanya soal bantuan materi, tapi juga tentang semangat kemanusiaan yang menyatukan semua pihak. Dari travel agent hingga pejabat daerah, dari relawan hingga masyarakat lokal — semua bergerak bersama untuk saling membantu.

ASTINDA telah menunjukkan bahwa di balik dunia pariwisata yang identik dengan keindahan, ada sisi empati yang kuat. Dan dari sinilah, wajah kemanusiaan pariwisata Indonesia terlihat paling tulus.