Mahasiswa FKH Unair Terjun ke 10 Daerah di Jatim, Atasi Masalah Kesehatan Hewan
Program Pengabdian Mahasiswa FKH Unair di Jawa Timur
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) baru saja melaksanakan program pengabdian masyarakat dengan terjun langsung ke 10 daerah di Jawa Timur. Kegiatan ini jadi perhatian publik karena fokusnya menyentuh aspek yang sering luput: kesehatan hewan di tingkat akar rumput.
Program ini bukan sekadar formalitas akademik, melainkan langkah nyata untuk mendampingi peternak, komunitas pecinta hewan, hingga pemerintah daerah dalam menangani berbagai persoalan kesehatan hewan. Mulai dari penyakit endemik, vaksinasi, penanganan ternak sakit, hingga edukasi soal pakan bergizi dan manajemen kandang.
Tidak sedikit peternak di Jatim yang masih menghadapi kendala besar, terutama keterbatasan akses terhadap layanan medis veteriner. Kehadiran mahasiswa FKH Unair dianggap sebagai solusi alternatif sekaligus wujud nyata kontribusi perguruan tinggi bagi masyarakat.
Fokus Utama: Edukasi, Pencegahan, dan Penanganan Penyakit Hewan
Salah satu poin penting dalam program ini adalah memberikan edukasi menyeluruh kepada peternak. Mahasiswa FKH Unair tidak hanya datang untuk memeriksa hewan ternak, tapi juga mengajarkan langkah preventif agar penyakit tidak mudah menular.
Di beberapa daerah, kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) serta flu burung masih menjadi momok. Mahasiswa hadir dengan membawa pengetahuan terbaru soal cara pencegahan, tata cara vaksinasi, serta langkah cepat yang bisa diambil ketika ada hewan yang menunjukkan gejala sakit. Mereka juga membagikan informasi seputar biosekuriti kandang, kebersihan peralatan, hingga teknik pemberian pakan yang sesuai standar.
Program ini dianggap berhasil meningkatkan kesadaran peternak bahwa kesehatan hewan adalah investasi jangka panjang. Hewan yang sehat bukan hanya menjamin kelangsungan ekonomi keluarga, tapi juga berdampak pada kualitas pangan masyarakat luas.
Dampak Nyata bagi Peternak di 10 Daerah Jatim
Tidak sedikit cerita menarik yang muncul selama program berlangsung. Di daerah pedesaan, banyak peternak mengaku baru kali ini mendapat pendampingan intensif dari mahasiswa kedokteran hewan. Mereka merasa terbantu dengan adanya pemeriksaan rutin, pemberian vitamin, serta pelatihan sederhana soal manajemen peternakan.
Bahkan ada beberapa kasus di mana ternak sapi yang sebelumnya menunjukkan gejala lemah bisa kembali pulih setelah ditangani mahasiswa dengan bimbingan dosen pembimbing. Hal ini jadi bukti bahwa ilmu akademik yang diterapkan di lapangan memang bisa memberi dampak langsung.
Selain itu, program ini juga melibatkan pemerintah daerah setempat. Aparat desa hingga dinas peternakan ikut turun mendampingi. Kolaborasi ini memperkuat harapan bahwa masalah kesehatan hewan di Jatim bisa lebih teratasi jika ada kerja sama nyata antara kampus, pemerintah, dan masyarakat.
Peran Unair dalam Membangun Ketahanan Pangan Nasional
Universitas Airlangga memang dikenal sebagai salah satu kampus terbaik di Indonesia dalam bidang kedokteran hewan. Melalui FKH, Unair berupaya tidak hanya mencetak lulusan berkualitas, tapi juga ikut menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat.
Program mahasiswa terjun ke lapangan ini sejalan dengan visi Unair dalam membangun ketahanan pangan nasional. Kesehatan hewan erat kaitannya dengan ketersediaan daging, susu, dan produk pangan lain yang aman dikonsumsi masyarakat. Jika kesehatan hewan terjaga, otomatis rantai pasok pangan lebih terjamin.
Kegiatan ini juga memperlihatkan bagaimana perguruan tinggi mampu menghadirkan inovasi sosial. Tidak hanya fokus pada penelitian, tapi juga memastikan hasil akademik memberi manfaat langsung pada masyarakat luas.
Dukungan Dosen dan Tenaga Ahli
Meski mahasiswa jadi garda terdepan dalam program ini, peran dosen dan tenaga ahli tidak bisa diabaikan. Setiap tim mahasiswa didampingi dosen pembimbing yang memastikan tindakan medis sesuai standar veteriner. Dengan begitu, semua langkah yang diambil tetap aman dan bermanfaat bagi hewan serta peternak.
Selain itu, para tenaga ahli juga memberi bekal tambahan berupa pelatihan intensif sebelum mahasiswa diterjunkan. Mereka dibekali teknik komunikasi dengan masyarakat, strategi penyuluhan, hingga keterampilan praktis dalam menangani kasus hewan sakit.
Kombinasi ilmu dan praktik lapangan ini membuat program terasa lebih komprehensif. Mahasiswa bukan hanya belajar teori di kelas, tapi benar-benar menguji kemampuan mereka di tengah masyarakat yang membutuhkan.
Reaksi Masyarakat dan Apresiasi Publik
Respon masyarakat terhadap program mahasiswa FKH Unair ini cenderung positif. Banyak peternak mengungkapkan rasa terima kasih atas kepedulian kampus. Tidak sedikit juga yang berharap kegiatan seperti ini rutin dilaksanakan, mengingat masalah kesehatan hewan tidak bisa selesai hanya dengan sekali turun lapangan.
Di media sosial, kabar tentang mahasiswa Unair yang terjun ke 10 daerah di Jatim juga jadi sorotan. Banyak netizen yang mengapresiasi dedikasi mahasiswa muda yang rela turun ke desa-desa, jauh dari zona nyaman, demi membantu peternak.
Apresiasi juga datang dari pemerintah daerah. Beberapa kepala daerah menyampaikan bahwa kerja sama dengan perguruan tinggi seperti Unair bisa jadi solusi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan di sektor peternakan dan kesehatan hewan.
Harapan ke Depan: Kolaborasi Lebih Luas
Ke depan, program seperti ini diharapkan bisa meluas tidak hanya di Jawa Timur, tapi juga ke provinsi lain di Indonesia. Dengan luasnya wilayah dan besarnya populasi ternak, kebutuhan tenaga medis hewan masih sangat tinggi.
FKH Unair bisa jadi motor penggerak dengan melibatkan mahasiswa dari berbagai angkatan. Selain memberi manfaat bagi masyarakat, program ini juga melatih mahasiswa agar lebih siap menghadapi dunia kerja setelah lulus.
Kolaborasi dengan pemerintah, lembaga swasta, hingga organisasi pecinta hewan juga perlu diperluas. Dengan jaringan yang lebih kuat, persoalan kesehatan hewan bisa ditangani secara lebih sistematis dan berkelanjutan.
Kesimpulan: Mahasiswa FKH Unair Jadi Garda Depan Kesehatan Hewan
Turunnya mahasiswa FKH Unair ke 10 daerah di Jawa Timur bukan hanya sekadar program pengabdian, tapi juga bentuk kontribusi nyata dalam mengatasi masalah kesehatan hewan. Kehadiran mereka terbukti memberi dampak langsung bagi peternak dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat.
Program ini juga memperlihatkan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi yang lebih luas, tantangan di sektor peternakan bisa dihadapi lebih baik, sehingga kesejahteraan hewan sekaligus kesejahteraan peternak dapat terwujud.
Catatan Penutup
Langkah mahasiswa FKH Unair ini mengingatkan kita bahwa perubahan besar bisa berawal dari aksi kecil di lapangan. Pendidikan tinggi tidak hanya untuk gelar, tapi juga untuk memberi dampak langsung pada kehidupan masyarakat.